Minggu, 14 Oktober 2012

UJI RESISTENSI BAKTERI


Uji resistensi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap suatu antibiotik (Safitri,2011). Antibiotik dibuat sebagai obat derivat yang berasal dari makhluk hidup atau mikroorganisme, yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik diperoleh dari hasil isolasi senyawa kimia tertentu yang berasal dari mikroorganisme seperti jamur, actinomycetes, bakteri (Ganiswarna, 1995).
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru di kembangkan dan di pergunakan dalam terapi di tahun 1941 olej dr. Florey (Oxford). Dan kemudian banyak zat-zat lain dengan khasit antbiotik diisolir oleh penyelidik di seluruh dunia (Djie,2003). Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup dapat dijadikan antibiotik, karena antibiotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Jawelz, 1995 ) :
  1. Harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macammikroorganisme yang dipengaruhi makin baik.
  2. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten terhadap parasit
  3. Tidak menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki pada inang seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal.
  4. Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang
  5.  memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
  6. konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi.
Antibiotik merupakan substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, fungi, atau aktinomiset) yang mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh  mikroba lain.selain itu antibiotik mampu menghentikan proses biokimia di dalam proses infeksi bakteri (Lim 1998). Anibiotik memiliki kinerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung) atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat metabolisme esensial. Antibiotik yang mengambat sintesis protein adalah streptomisin, kloramfenikol,eritromisin,dan tetrasiklin (Ekenstierna 2003).

 Antibiotik umumnya terbuat dari kapang, seperti penisilin yang berasal dari Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Penggunaan antibiotic secara berlebih menyebabkan bakteri tertentu tahan atau resisten. Resistensi tersebut dapat disebabkan oleh suatu faktor yang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian. Sebagai contoh, resistensi terhadap penisilin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penisilinase, suatu enzim yang menginaktifkan penisilin. Resistensi yang diperoleh ini pun disebabkan oleh galur-galur mikroorganisme yang secara genetis telah teradaptasi (Pelczar,1986).
Untuk mengetahui (buku panduan)
Aktvitas mikroba atau bakteri dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor linkungan yang meliputi faktor biotik ( makhluk hidup ) dan abiotik (kelembaban, PH, temperatur, radiasi, penghancuran secara mekanik) (Dwidjoseputro 1994).
Tiap spesies mikroorganisma memiliki tingkat kerentanan terhadap zat antibiotik yang berbeda-beda dan kerentanan tersebut dapat berubah selama masa pengobatan. Oleh karena itu diperlukan suatu uji kerentanan terhadap mikroorganisma terhadap antibiotik. Kerentanan suatu mikroorganisme terhadap antibiotik dapat ditentukan dengan teknik pengenceran tabung dan teknik cawan piring kertas. Metode ini untuk menetapkan jumlah terkecil zat antibiotik yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan organisme in vitro(Safitri 2011)
Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian. Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi komponen tertentu pada campuran kompleks kimia, untuk mendiaknosis penyakit tertentu tertentu, serta untuk menguji bahan kimia guna menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan. Macam-macam uji yang dapat dilakukan adalah uji antibiotik/antimikroba, bioautografi, uji vitamin dan asam amino, uji ames, dan penggunaan mikroorganisme sebagai model metabolisme obat mamalia (Syahrurrahman 1994)

Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan  yang efektif dan efesien. Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti yang dijelaskan berikut ini:

·         Metode difusi
Metode disc diffusion (tes Kirby dan Bauer) untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba permukaan media agar. (lihat gambar)


·         E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghabat pertumbuhan mikroorganisme.

Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar.(lihat gambar)


·         Ditch-plate technique

Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji ( maksimum 6 macam ) digoreskan kearah parit yang berisi agen antimikroba.
·         Cup-plate technique

metode ini serupa dengan mitode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji.
·         Gradient-plate technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoretis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya dihitung diatasnya.

Plate diinkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

Bila: X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

Y = panjang pertumbuhan aktual

C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/mL atau μ/mL,

Maka konsentrasi hambatan adalah: [(X.Y)]: C mg/mL atau μg/mL.

Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat(Syahrurrahman 1994).


Banyak bahan kimia baik organik maupun anorganik bersifat racunterhadap mikroorganisme. Usaha manusia dalam mengatasi berbagai penyakittelah menemukan ribuan senyawa kimia yang menghambat aktivitas mikrobadalam menimbulkan penyakit disebut antiseptik. Sedangkan bahan kimiayang berefek mematikan mikroba penyakit disebut desinfektan.Cara pengujian kekuatan desinfektan adalah bermacam-macam antaralain cara pengenceran, penggunaan tabung silinder, cara potongan kertas dan pengenceran agar tuang. Suatu zat anti mikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilahini berarti bahwa suatu antibiotik berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bahkan absolut, ini berarti bahwa suatu antibiotik yang pada konsentrasitertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit.Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari suatu reseptor khusus yang dibutuhkan untuk pelekatan antibiotik atau dapat bergantung pada penghambatan proses biokomia yang penting untuk parasit tetapi tidak untuk inang. Mekanisme kerja sebagian besar obat antibioik belum dimengerti secara jelas. Namun, untuk mudahnya dapat dibagi menjadi empat cara yaitu:
a.Penghambatan sintesis dinding sel, contohnyaBasitrasin, Sefalosporin, Sikloserin, Penisilin, danVankomisin.
b.Penghambatan fungsi selaput sel, contohnyaAmfoterisin B, Kolistin, Imidazol, Polien, danPolimiksin.
c.Penghambatan sintesis protein, contohnyaKloramfenikol, Eritromisin, Linkomisin, Tetrasiklin,Aminoglikosida, dan Klindamisin.
d.Penghambatan sintesis asam nukleat, contohnyaKuinolon, Pirimetamin, Rifampin, Sulfonamida, danTrimetoprin.

Mikroorganisme dapat memperlihatkan resistensi terhadap obat-obatanmelalui beberapa mekanisme yaitu:
a.Mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak obat aktif.Contoh: bakteri gram negatif resisten terhadap kloramfenikol bila menghasilkan kloramfenikol asetiltransferase. 
b.Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obattersebut. Contoh: resisten terhadap amikasin dan terhadap beberapa aminoglikosida lain dapat disebabkan oleh gangguan permeabilitas terhadap obat, yang rupanya disebabkan oleh perubahan selaput luar yang mengganggu pengangkutan kedalam sel.
c.Mokroorganisme mengembangkan sasaran struktur yangdiubah terhadap obat. Contoh: bakteri-bakteri yang resistenterhadap Klindamisin dan eritromisin memiliki reseptor yangtelah diubah pada subunit 50S dari ribosom akibat metilasi 23SRNA ribosom. 
d.Mokroorganisme mengembangkan jalur metabolisme lain yangmemintas reaksi yang dihambat oleh obat.
e.Mokroorganisme membentuk suatu enzim yang telahmengalami perubahan tetapi enzim tersebut masih dapatmenjalankan fungsi metabolismenya serta tidak begitudipengaruhi oleh obat seperti enzim pada bakteri yang peka.

Aktivitas antibiotik in vitro dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a.PH lingkungan, beberapa obat lebih aktif pada pHasam dan yang lain pada pH basa. 
b.Komponen-komponen perbenihan: penambahansuatu zat tertentu pada perbenihan meningkatkan pendeteksian resistensi.
c.Stabilitas obat: pada suhu inkubasi, beberapa obatantimikroba kehilangan daya kerjanya.
d.Besarnya inokulum: timbulnya mutan yang resistenlebih sering pada populasi yang besar.
e.Masa inkubasi: makin lama masa inkubasi berlangsung, maka makin besar kemungkinantimbulnya mutan resisten dan makin besar jugakemungkinan mikroorganisme yang paling kurang peka untuk mulai berkembang biak sementarakekuatan obat berkurang.
f.Aktivitas metabolik mokroorganisme:mikroorganisme yang aktif dan tumbuh cepat lebih peka terhadap daya kerja obat daripadamikroorganisme yang berada dalam keadaanistirahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar