Permanganometri merupakan metode
titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat
sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki
keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam,
netral dan alkalis.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas
alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat
larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi
secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion
Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah
endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk
asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi
dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion
Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring,
dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4
berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama 100 tahun lebih. Ia merupakan pereaksi yang mudah
diperoleh, tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau
digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat
memberi warna merah muda yang jelas kepada volume larutan
yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi. Kelebihan dari sedikit permanganat yang ada pada titik
akhir suatu titrasi cukup untuk mengendapkan MnO2, akan tetapi
karena reaksinya lambat, MnO2 biasanya tidak diendapkan pada akhir
titrasi permanganat.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator,
dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam
karena akan lebih mudah mengamati titik
akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam
suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan
tiosulfat.
Reaksi dlam
suasana asam
MnO4-
+ 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O
Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4
+ 4H+ + 3e → MnO4 + 2H2O
Kenaikan
konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4-
+ 3e → MnO42-
MnO42-
+ 2H2 O + 2e → MnO2
+ 4OH-
MnO4-
+ 2H2 O + 3e → MnO2
+4OH-
Untuk membakukan kalium
permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer
yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Dapat diperoleh dalam derajat
kemurnian yang tinggi, stabil pada pemanasan dan tidak hidroskopis. Reaksi
dengan permanganat agak kompleks dan sekalipun banyak penelitian yang
dilakukan, namun mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar
dan karena itu biasanya larutan dipanaskan sampai sekitar 60°C. Malahan reaksi yang dipertinggi membuat reaksi
melambat, akan tetapi kecepatan menjadi meningkat setelah ion (II) terbentuk.
Mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah
otokatalik karena katalis yang dihasilkan dari reaksinya sendiri. Ionnya
mungkin mempengaruhi efek kataliknya dengan secara cepat bereaksi dengan
permanganat untuk memberi mangan dari keadaan oksidasi +3 dan +4, yang
selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat kembali kekeadaan divalen.
Persamaan
reaksi antara oksalat dan permanganat yaitu :
5 C2O4= + 2 MnO4 + 16 H + 2 Mn++ + 10 Co2
+ 8 H2O
Dalam
penentuan kadar nitrit dalam
suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks menggunakan larutan baku kalium
permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda dengan
standarisasi larutan kalium permanganat. Perbedaannya pada standarisasi larutan
kalium permanganat, KMnO4 yang digunakan sebagai titran. Sedangkan pada
penentuan kadar nitrit, NaNO2
yang digunakan sebagai titran.
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai. Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut :
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai. Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut :
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3-
http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/analisa-permanganometri-dalam-campuran.html
Thank ya uda di-repost.
BalasHapus