Minggu, 14 Oktober 2012

permanganometri


Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama 100 tahun lebih. Ia merupakan pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberi warna merah muda yang jelas kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kelebihan dari sedikit permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi cukup untuk mengendapkan MnO2, akan tetapi karena reaksinya lambat, MnO2 biasanya tidak diendapkan pada akhir titrasi permanganat.
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena  akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat.
Reaksi dlam suasana asam
MnO4- + 8H+ + 5e    Mn2+ + 4H2O     
Reaksi dalam suasana netral yaitu
MnO4 + 4H+ + 3e MnO4 + 2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e MnO2 +4OH-

Untuk membakukan kalium permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi, stabil pada pemanasan dan tidak hidroskopis. Reaksi dengan permanganat agak kompleks dan sekalipun banyak penelitian yang dilakukan, namun mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar dan karena itu biasanya larutan dipanaskan sampai sekitar 60°C. Malahan reaksi yang dipertinggi membuat reaksi melambat, akan tetapi kecepatan menjadi meningkat setelah ion (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalik karena katalis yang dihasilkan dari reaksinya sendiri. Ionnya mungkin mempengaruhi efek kataliknya dengan secara cepat bereaksi dengan permanganat untuk memberi mangan dari keadaan oksidasi +3 dan +4, yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat kembali kekeadaan divalen.
Persamaan reaksi antara oksalat dan permanganat yaitu :
5 C2O4= +  2 MnO4 + 16 H +                      2 Mn++ + 10 Co2 + 8 H2O

            Dalam penentuan kadar nitrit dalam suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks menggunakan larutan baku kalium permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda dengan standarisasi larutan kalium permanganat. Perbedaannya pada standarisasi larutan kalium permanganat, KMnO4 yang digunakan sebagai titran. Sedangkan pada penentuan kadar nitrit, NaNO2 yang digunakan sebagai titran.

            Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai. Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO4 ini warnanya memudar hingga lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi adalah sebagai berikut :

5NO2- + 2MnO4- + 6H+ 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3
-



http://dwitaariyanti.blogspot.com/2010/07/analisa-permanganometri-dalam-campuran.html

1 komentar: