Minggu, 16 Desember 2012

Infeksi pada Asma

Infeksi bisa terjadi dimana saja, kapan saja, termasuk pada penyandang asma karena asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernapasan. Penyebab infeksi biasanya karena adanya kuman, yang dapat berupa bakteri ataupun virus. Infeksi pada asma terjadi pada permukaan dalam (mukosa) saluran napas karena adanya virus influenza yang penyebarannya melalui udara.
Infeksi yang terjadi karena bakteri biasanya disebabkan oleh bakteri pnemococus, staphylococcus dan streptococcus. Sebenarnya bakteri ini ada yang hidup normal dalam tubuh, namun jika kondisi tubuh menurun bakteri tersebut akan berubah menjadi jahat dan menyebabkan infeksi.
Terjadinya Infeksi
Infeksi terjadi karena masuknya kuman ke dalam tubuh. Kuman tersebut akan menimbulkan sakit di dalam tubuh yang berupa radang. Oleh karena itu, virus yang masuk ke dalam tubuh penyandang asma sering menimbulkan serangan asma. Hal ini dikarenakan protein-protein virus melalui mekanisme reaksi antigen, antibody menyebabkan hipersensistif saluran napas sehingga timbul serangan asma.
Gejala awal yang dapat diketahui bila terjadi infeksi pada asma adalah dengan adanya dahak atau riak yang bertambah banyak atau berubah warna atau berbau. Dahak sebelum terjadi serangan asma ataupun infeksi berwarna putih bening, sedangkan bila terjadi infeksi pada serangan asma dahak berwarna kuning. Pada saat seorang terkena infeksi lebih berat lagi maka dahak akan berubah menjadi hijau.
Penanggulangan Infeksi
Sebelum terjadinya infeksi pada asma, biasanya terjadi serangan asma. Maka untuk pencegahannya, serangan asma tersebut harus diobati segera dengan menggunakan obat asma, seperti pelega napas atau anti inflamasi. Bila terjadi infeksi diobati dengan antibiotik. Antibiotik ini akan membunuh kuman yang menyebabkan infeksi dan bila kuman tersebut mati maka jaringan akan membaik kembali dan serangan asma menjadi reda atau membaik. Hal itu dilakukan jika infeksi disebabkan oleh bakteri.
Jika infeksi disebabkan oleh virus, untuk pengobatannya cukup dengan makanan bergizi dan istirahat yang cukup, di samping obat asmanya harus lengkap yaitu obat pelega dan anti inflamasi. Untuk mencegah penyebaran, sebaiknya menggunakan masker karena virus ini menyebar melalui udara dan masuk melalui saluran pernapasan. Dengan menggunakan masker, maka virus menyebar melalui udara tidak melalui orang lain. Penanggulangan infeksi pada asma dapat dilakukan dengan menjaga stamina dan keseimbangan tubuh sehingga tidak tertular infeksi.
Faktor pencetus yang menyebabkan serangan asma, kalau tidak dapat dihindari oleh penderitanya akan menyebabkan serangan asmanya sulit diatasi dan asma itu menjadi tidak terkontrol. Dengan asma yang tidak terkontrol ini, maka penderita akan mudah terkena infeksi. Golongan asma apapun dapat terkena infeksi. Tentunya, asma berat dan asma yang tidak terkontrol akan lebih mudah terkena infeksi dibanding asma yang ringan ataupun sedang.
Pada dasarnya, orang yang terkena infeksi harus mendapat gizi yang baik, istirahat, serta vitamin yang cukup karena infeksi tersebut menyebabkan luka di dalam tubuh. Penyembuhan dapat terjadi jika penyebab luka dibunuh dan jaringan yang luka disupport agar cepat diganti dengan jaringan yang baru.
oleh :Dr. Pradjnaparamita, Sp.P. (http://www.asmaindonesia.org/article/infeksi-pada-asma.html)

Senin, 15 Oktober 2012

HUBUNGANM STRUKTUR, KELARUTAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT


Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu polar, seperti air damn pelarut non polar seperti lemak.
Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan aktivtas biologis dari aktivita biologis dari senyawa seri homolog. Sifat kelarutan juga berhubungan erat dengan proses absorbs obat. Hal ini penting karena intensitas aktivitas biologis obat tergantung pada derjat absorbsinya.
A.    Aktivitas biologis senyawa seri homolog.
Pada beberapa seri homolog senyawa sukar terdiosiasi, yang perbedaan struktur hanya menyangkut perbedaan jumlah dan janjang rantai atom C, intensitas aktivitas bioloigisnya tergantung pada jumlah ato C.
Contoh senyawa seri homolog :
1.      N-alkohol, alkil serorsinol, alkil fenol dan alkil kresol (anti bakteri)
2.      Ester asam para-amino benzoate (anestesi setempat)
3.      Alki 4,4’-stilbenediol (hormone estrogen).

B.     Hubungan  koefisien partisi dengan efek anestei siatemik
Koefisien partisi pertama kali dihubungkan denegan aktivitas biologis, yaitu efek hipnotik dan anestesi, obat-obat penekanan sistem sistem saraf pusat oleh Overton dan Meyer (1899).
1.      Senyawa kimia yang tidak reaktif dan mudah larut dalam lemak, seperti ester, hidrokarbon dan hidrokarbon terhalogenasi.
2.      Efek terlihat jelas terutama pada sel-sel yang banyak mengandung lemak, seprti sel saraf.
3.      Efesiensi anestesi atau hipnoyik tergantung pada koefisien partisi lemak/air atau distribusi senyawa dalam fase lemak dan fase air jaringan.

C.     Prinsip perguson.
Efek anestesi cepat terjadi dan dipertahankan pada tingkat yang sama asalkan ada cadangan obat dalam cairan tubuh. Bila cadangan tersebut habis, maka efek anestesi segera berakhir. Hal tersebut menunjukan bahwa ada keseimbangan kadar obat pada fase eksernal atau cairan luar sel dan biofasa, yaitu fasa pada tempat aksi obat dalam organism.
Pada banyak senyawa seri homolog aktivitas akan meningkat sesuai dengan jumlah atom C. perguson menyatakn bahwa sebenarnya tidak perlu menentukan kadar obat dalam biofasa atau reseptor karena pada keadaan kesetimbangan kecendrungan obat untuk meninggalkan biofasa dan fasa eksternal adalah sama, walupun kadar obat dalam masing-masing fasa mungkin berbeda. Kecendrungan obat untuk meninggalkan fasa disebut aktifitas termodinamika,
Aktivitas thermodinamika (a) dari obat yang berupa gas atau uap dapat dihitung melelui persamaan sebagai berikut :
a =
Pt : tekanan parsil senyawa dalam larutan, yang diperukan untuk menimbulkan efek biologis
Ps : tekanan uap jenuh senyawa.
Aktivitas thermodinmika (a) dari obat yang berupa larutan dapat dihitung melalui persamaansebagai berikut :
a =
St : kadar molar senyawa yang diperlukan untuk menimbulkan efek biologis
So : kelarutan senyawa.

Berdasarkan model kerja farmakologisnya, secara umum obat dibagi menjadi dua golongan yaitu senyawa berstruktur tidak spesifik dan senyawa berstruktur spesifik.
1.      Senyawa berstruktur tidak spesifik
Senyawa berstruktur tidak sepsifik menunujak aktivitas fisik dengan karateristik sebagai berikut :
a.       Efek biologis berhubunga secar langsung dengan aktivitas thermodinamik dan memerlukan dosis yang relative besar.
b.      Walaupun perbedaan struktur kimia dasar, asal aktiitas thermodinamik, hampeir sama akan memberikan efek yang sama.
c.       Ada kesetimbangan kadar obat dalam biofasa eksternal.
d.      Bila terjadi kesetimbangan, aktivitas thermodinamik masing-masing fas harus sama.
e.       Pengukuran aktivitas thermodinamik pada fasa eksternal juga mencerminkan aktivitas thermodinamik biofasa.
f.       Senyawa dengan derajat kejenuhan sama, mempunyai aktivitas thermodinamik sama sehingga derajat efek biologis sama pula. Oleh karena itu larutan jenuh dari senyawa dengan struktur yang berbeda dapat memberikan efek biologis sama.

Contoh senyawa berstruktur tidak sepesifik :
1.      Obat anestesi sistemmik yang berupa gas atau uap, seperti etil klorida, asetilen, nitrogen oksida, eter dan klorofrom.
2.      Insektisida yang mudah menguap dan bakterisida tertentu, seperti timol, fenol, kresol, n-alkohol dan resolsinol.


3.      Senyawa berstruktur spesifik.
Senyawa besrtruktur spesifik adalah senyawa yang memberikan efeknya dengan mengikat reseptor atau aseptor yang spesifik

Mekanisme kerjanya dapat melalui ialah salah satu cara beirkut, yaitu :
1.      Berkerja pada enzim.
2.      Antagonis
3.      Menekan fungsi gen
4.      Berkerja pada membran.

Karateristik :
a.       Efektif pada kadar yang rendah.
b.      Melibatkan kesetimbangan kadar obat dalam biofasa dan fasa eksternal
c.       Melibatkan ikatan-ikatan kimia yang lebih kuat dibandingkan dengan ikatan pada senyawa yang berstruktur tidak spesifik.
d.      Pada keadaan setimbang aktivitas biologisnya maksimal.
e.       Secara umum mempunyai struktur dasar karateristik yang bertanggung jawab terhadap efek biologisnya senyawa analog.
f.       Sedikit perubahan strktur dapat mempengaruh secara drastic aktivitas biologis obat.

Contoh obat berstrutur spesifik diantara lain : analgetik (morfin), antihistamin (difeniduamin), diuretika penghambat monoramin oksidase (asetazolamid) dan β-adrenergik (salbutamol

STRUKTUR DAN PROSES METABOLISME OBAT

Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis, masa kerja dan toksisitas kerja obat sehingga pengetahuan tentang metabolisme obat dan senyawa organik asing lain (xenobiotika) sangat penting dalam bidang kimia medisinal.
Suatu obat dapat menimbulkan respons biologis dengan dua jalur, yaitu :
1.      ·         Obat aktif setelah masuk ke dalam peredaran darah, langsung beinteraksi dengan reseptor dan menimbulakan respons biologis.
1.      ·         Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolisme menjadi obat aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis (bioaktivasi).
Metabolisme obat adalah mengubah senyawa yang relatif non polar, menjadi senyawa yang lebih polar sehingga mudah dikeluarkan dari tubuh. 
1.       Faktor-faktor yang mempengaruuhi metabolisme obat.
·         ·         Factor genetik atau keturunan.
Hal ini ditunjukan dengan perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat yang kadang-kadang terjadi dalam sistem individu.
·         ·         Perbedaan spesies dan galur.
Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi pada spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi kadang-kadang ada perbedaan yang cukup besar pada reaksi metabolismenya.
·         ·         Perbedaan jenis kelamin.
·         ·         Perbedaan umur.
·         Penghambatan enzim metabolisme.
·          Indikasi enzim metabolisme.
·         Faktor-faktor lain.
Diet makanan, keadaan kurang gizi, ganguan keseimbangan hormone, kehamilan, peningkatan obat oleh protein plasma, distribusi obat dalam jaringan dan keadaan patologis hati.

1.       Tempat Metabolisme Obat.
perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada jaringan dan organ. Organ seperti hati, ginjal, dan saluran cerna. Hati adalah organ tubuh yang merupakan tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung lebih banyak enzim-enzim metabolism disbanding dengan organ lain, setelah pemberian secara oral, obat diserap oleh saluran cerna, masuk ke peredaran darah dan kemudian ke hati melalui efek lintas pertama. Aliran darah yang membawa obat atau senyawa organik yang melewati sel-sel hati secaraperlahan dan termetabolisis menjadi senyawa yang mudah larut dalam air kemudian diekskresikan  melalui urin.

            Jalur Umum Metabolisme Obat dan Senyawa Organik Asing.
Reaksis metabolisme obat dan senyawa organic asing ada dua tahap, yaitu :
1.      Reaksi fasa I atau reaksi fungsionalisme.
2.      Reaksi fasa II atau reaksi konjugasi.

a.       Reaksi fasa I
1.      Reaksi oksidasi.
-          Oksidasi gugus aromatic, ikatan rangkap, atom C benzilik dan alilik, atom C dari gugus karbonil dan imin.
-          Oksidasi atom C alifatik dan alisiklik.
-          Oksidasi sistem C-N, C-O, dan C-S
-          Oksidasi alcohol dan aldehid
-          Reaksi oksidassi lain.

2.      Reaksi reduksi.
-          Reduksi aldehid dan keton.
-          Reduksi senyawa azo dan nitro
-          Reaksi reduksi lain.
Reaksi fasa I dapat dicapai dengan :
·              Secara langsung memasukan gugus fungsional. Contoh : hidroksilasi senyawa aromatik dan alifatik.
·            Memodifikasi gugus fungsional yang ada dalam struktur molekul, contoh : reduksi gugus keton atau aldehid menjadi alcohol.
Fasa ini dapat menghasilkan suatu gugus fungsional yang mudah terkojugasiatau mengalami reaksi fasa II.

b.      Reaksi fasea II
Konjugasi asan glukuronat, konjugasis sulfat, konjugasi dengan glisin dan glukamin, konjugasi dengan glukation/asam merkaturat.

c.       Reaksi asetilasi.
d.      Reaksi metilasi.